Gila kau, Gus. Benar benar tak kau beri aku kesempatan unuk mengenalnya,” ujar Kris, yang merasa banyak berjasa di antara mereka namun tak seberuntung Agus. Pri
B. Indonesia
riyamagfiroh
Pertanyaan
"Gila kau, Gus. Benar benar tak kau beri aku kesempatan unuk mengenalnya,” ujar Kris, yang merasa banyak berjasa di antara mereka namun tak seberuntung Agus.
Pri juga bilang, “Coba kalu Pak Kur tidak menyuruh kami, pasti kita bisa saling mengenal.”
Pri lalu meninju Agus sambil tertawa. Agus jadi semakin bernafsu menceritakan siapa Ranti itu.
“Kalau tidak ada yang mencari, aku juga mau jadi pacarnya,” kata Agus lagi, sambil tertawa ngakak. Seakan dirinyalah yang lebih beruntung di antara keduanya.
“Kalau kau mau tahu. Kenapa aku tidak mau ?” ujar Pri
“Dia memang cocok jadi guru, “ sela Kris
“Calon guru tentu paham mendidik anak, bagaimana mengajarkan sesuatu yang baik,”
Pri tersenyum-senyum, ternyata gadis itu tak bisa dipandang enteng. Ternyata gadis itu mempunyai keistimewaan sendiri. Pri kemudian dikenalkan dengan yang lain oleh Agus.
Tiba-tibaketika sore sudah bergeser di ruang pameran itu dan lampu ruangan menyala putih, Ranti muncul dengan seorang temanya. Inilah gadis itu, pikir Pri, inilah penyair itu, yang menggoreskan kata dalam majalah dinding yang kini ikut dipamerkan. Beberapa lama pesona itu, daya tarik itu, magnet itu, mampu menggoda pikirannya. Dan ketika tangan mereka saling bergenggaman: wujud formal dari sebuah perkenalan, wajah yang dari jauh tampak mempesona itu pun masih tetap terjaga dengan kuatnya.
“Sajakmu bagus Ranti,” kata Pri
“Wah, terima kasih,”
“Aku tak pernah menyangka ada seorang penyair yang begitu cantik, “kata Pri lagi setengah menyanjung gadis itu. Ranti tersipu, tetap dengan senyuman itu seakan ada bau wangi yang tiba-tiba tercipta di ruangan itu. Pri sedang menghadapi seseorang yang paling dikaguminya selama ini. Kris dan Agus, yang tadi bersama-sama, kini sudah berada di bagian lain, entah bicara dengan siapa Pri tidak tahu.
Lalu Pri mengajak Ranti melihat-lihat majalah dinding lain yang ikut dipamerkan. Sekan terjadi begitu tiba-tiba, bagai sudah ada perintah dari hati mereka masing –masing. Seakan mereka telah Teguh Karya , orang yang paling disenangi Pri. Pri pun mendadak jadi agresif. Selebihnya adalah kesempatan ini begitu manisnya. Tak pernah tercipta sebelumnya.
Hingga pameran itu usai, seakan ada yang masih terus berjalan, melintasi waktu, menit kehidupan . entah apa namanya.
tolong ubah ke naskah drama ya Kak, dikumpulin besok
Pri juga bilang, “Coba kalu Pak Kur tidak menyuruh kami, pasti kita bisa saling mengenal.”
Pri lalu meninju Agus sambil tertawa. Agus jadi semakin bernafsu menceritakan siapa Ranti itu.
“Kalau tidak ada yang mencari, aku juga mau jadi pacarnya,” kata Agus lagi, sambil tertawa ngakak. Seakan dirinyalah yang lebih beruntung di antara keduanya.
“Kalau kau mau tahu. Kenapa aku tidak mau ?” ujar Pri
“Dia memang cocok jadi guru, “ sela Kris
“Calon guru tentu paham mendidik anak, bagaimana mengajarkan sesuatu yang baik,”
Pri tersenyum-senyum, ternyata gadis itu tak bisa dipandang enteng. Ternyata gadis itu mempunyai keistimewaan sendiri. Pri kemudian dikenalkan dengan yang lain oleh Agus.
Tiba-tibaketika sore sudah bergeser di ruang pameran itu dan lampu ruangan menyala putih, Ranti muncul dengan seorang temanya. Inilah gadis itu, pikir Pri, inilah penyair itu, yang menggoreskan kata dalam majalah dinding yang kini ikut dipamerkan. Beberapa lama pesona itu, daya tarik itu, magnet itu, mampu menggoda pikirannya. Dan ketika tangan mereka saling bergenggaman: wujud formal dari sebuah perkenalan, wajah yang dari jauh tampak mempesona itu pun masih tetap terjaga dengan kuatnya.
“Sajakmu bagus Ranti,” kata Pri
“Wah, terima kasih,”
“Aku tak pernah menyangka ada seorang penyair yang begitu cantik, “kata Pri lagi setengah menyanjung gadis itu. Ranti tersipu, tetap dengan senyuman itu seakan ada bau wangi yang tiba-tiba tercipta di ruangan itu. Pri sedang menghadapi seseorang yang paling dikaguminya selama ini. Kris dan Agus, yang tadi bersama-sama, kini sudah berada di bagian lain, entah bicara dengan siapa Pri tidak tahu.
Lalu Pri mengajak Ranti melihat-lihat majalah dinding lain yang ikut dipamerkan. Sekan terjadi begitu tiba-tiba, bagai sudah ada perintah dari hati mereka masing –masing. Seakan mereka telah Teguh Karya , orang yang paling disenangi Pri. Pri pun mendadak jadi agresif. Selebihnya adalah kesempatan ini begitu manisnya. Tak pernah tercipta sebelumnya.
Hingga pameran itu usai, seakan ada yang masih terus berjalan, melintasi waktu, menit kehidupan . entah apa namanya.
tolong ubah ke naskah drama ya Kak, dikumpulin besok
1 Jawaban
-
1. Jawaban miuchandra
Kris : "Gila kau, Gus. Benar benar tak kau beri aku kesempatan unuk mengenalnya,”
Pri : “Coba kalu Pak Kur tidak menyuruh kami, pasti kita bisa saling mengenal.”
Pri lalu meninju Agus sambil tertawa. Agus jadi semakin bernafsu menceritakan siapa Ranti itu.
Agus : “Kalau tidak ada yang mencari, aku juga mau jadi pacarnya,”
Agus tertawa.
Pri : “Kalau kau mau tahu. Kenapa aku tidak mau ?”
Kris : “Dia memang cocok jadi guru, “
Pri : “Calon guru tentu paham mendidik anak, bagaimana mengajarkan sesuatu yang baik,”
Pri tersenyum-senyum.
Tiba-tibaketika sore sudah bergeser di ruang pameran itu dan lampu ruangan menyala putih, Ranti muncul dengan seorang temanya.
Pri : "Sajakmu bagus Ranti.”
Ranti : “Wah, terima kasih,”
Pri : “Aku tak pernah menyangka ada seorang penyair yang begitu cantik, “
Ranti tersipu, tetap dengan senyuman itu seakan ada bau wangi yang tiba-tiba tercipta di ruangan itu. Kris dan Agus, yang tadi bersama-sama, kini sudah berada di bagian lain.
Lalu Pri mengajak Ranti melihat-lihat majalah dinding lain yang ikut dipamerkan. Sekan terjadi begitu tiba-tiba, bagai sudah ada perintah dari hati mereka masing –masing. Seakan mereka telah Teguh Karya , orang yang paling disenangi Pri. Pri pun mendadak jadi agresif.